Coretan Redaksi: Menakar Kinerja Lembaga Humas di Era Disrupsi

Ilustrasi lembaga humas (int)

Smartcitymakassar.com – MEMASUKI abad 21 yang sering disebut sebagai era disrupsi, paradigma dunia menjadi demikian berubah. Sebagaimana diketahui era disrupsi oleh beberapa pakar ditandai dengan perubahan yang demikian cepat. Dinamika yang tak terduga menjadi bagian dari keseharian kita dalam era ini.

Secara praktis, disrupsi diartikan sebagai munculnya perubahan diberbagai sektor akibat digitalisasi dan “internet of thing” (IoT) di mana segalanya berbasis internet.

Dampak yang mengiringi era distrupsi ini adalah terlepasnya kontrol rekayasa sistem dalam berbagai desain perencanaan yang menjadi alat parameter kinerja sebuah lembaga atau perusahaan.

Dengan demikian, untuk mengantisipasi perubahan zaman ini, sangat diperlukan sebuah transformasi radikal untuk menyelaraskan ritme perubahan tersebut di semua lini perusahaan.

Transformasi Paradigma Lembaga Kehumasan

Dalam konstalasi perubahan era disrupsi ini, institusi yang paling urgen untuk dengan cepat melakukan trasformasi adalah lembaga kehumasan.

Ada beberapa poin yang perlu digarisbawahi mengapa lembaga kehumasan menjadi institusi yang harus dengan sigap melakukan transformasi.

Pertama, era distrupsi adalah era di mana sekat informasi dan komunikasi menjadi demikian terbuka bebas. “Internet of Thing” (IoT) adalah basis bergeraknya informasi tersebut. Dengan demikian hal yang patut diperhatikan adalah bagaimana sebuah persepsi publik mampu dengan cepat berubah  sepersekian detik hanya karena sebuah informasi menjadi tersebar liar (viral). Di sinilah peran besar lembaga kehumasan menjadi demikian penting. Dalam berbagai defenisi terkait peran dan tugas lembaga kehumasan disebutkan bahwa lembaga ini bertugas sebagai jembatan komunikasi dan informasi antara perusahaan dan publik serta stakeholder lainnya.

BACA JUGA  Coretan Redaksi: Rekonstruksi Tujuan Organisasi

Dengan kata lain, lembaga kehumasan merupakan “ruang tamu” sekaligus etalase wajah perusahaan. Bagus tidaknya performa sebuah perusahaan sangat ditentukan bagaimana strategi, cara dan gaya lembaga kehumasan mampu mengomunikasikan performa perusahaan tersebut.

Kedua, dalam era disrupsi seperti saat ini, lembaga kehumasan bukan lagi sekadar lembaga penyedia jasa informasi terkait performa perusahaan. Lembaga kehumasaan saat ini adalah lembaga yang menjadi jantung perusahaan. Lembaga kehumasan, saat ini adalah garda depan sebuah perusahaan tempat publik mengidentifikasi bagaimana wajah perusahaan tersebut. Baik buruknya performa perusahaan di mata publik sangat tergantung pada baik buruknya kinerja lembaga kehumasan perusahaan tersebut.

Ketiga, di era disrupsi, Lembaga kehumasan dalam takaran tertentu merupakan lembaga “thing thank” perusahaan dalam konteks komunikasi dan informasi. Dengan demikian maka jadwal kerja lembaga kehumasan tidak lagi sama dengan bagian lain dalam perusahaan yang memiliki jam kerja teratur. Lembaga kehumasan harus bekerja 24 jam. Artinya, kerja lembaga kehumasan harus seirama dengan dinamika perubahan persepsi publik dengan terus menerus melakukan kontrol perkembangan peristiwa terkait persepsi publik terhadap performa perusahaan.

Dalam konstalasi inilah mengapa sebuah lembaga kehumasan harus melakukan dekonstruksi paradigma lama dan melakukan transformasi strategi kerja baru dalam ruang era baru distrupsi.

Menakar Kinerja

Diketahui, dalam teori sistem dan tahapan kerja dan kinerja sebuah perusahaan sangat karib apa yang disebut “planning implementation and evaluation”.  Semua itu masuk dalam kerangka “plan, strategy, positioning and targeting”.

BACA JUGA  Coretan Redaksi: Rekonstruksi Tujuan Organisasi

Dalam era distrupsi teori lama ini menjadi tidak relevan lagi. Mengapa? Karena pada era ini segala demikian cepat berubah dengan kecepatan dahsyat serta bergerak dalam keserempakan yang kuat. Tahapan-tahapan kerja kemudian menjadi usang dan senantiasa tertinggal dibanding perubahan dan keserempakan yang menandai era distrupsi.

Lalu apa yang harus dilakukan dalam menakar kinerja sebuah lembaga? Jawaban yang paling relevan adalah kinerja kelembagaan, khususnya kinerja lembaga kehumasan dapat ditakar dari sejauh mana publik dan stakeholder merespon. Intinya adalah interaksi serta responship.

Ketika publik tak melirik atau katakalah tak memiliki respon terhadap sebuah hasil kerja lembaga kehumasan maka hal tersebut pertanda lembaga ini tak berubah.

Saat ini, personil lembaga kehumasan tidak lagi berada di belakang layar dan hanya tampil dalam saat-saat tertentu atau hanya sekedar membangun hubungan dengan media massa. Personil lembaga kehumasan di era diatrupsi adalah selebrity yang mewakili wajah perusahaan di hadapan publik dan stakeholder. Kinerja personil lembaga kehumasan dapat ditakar dengan bagaimana mereka mampu berinteraksi secara positif (bukan hanya terkait kerja perusahaan semata) tapi juga dalam urusan komunikasi publik keseharian. Artinya, personil lembaga kehumasan adalah duta-duta perusahaan di mata publik dan stakeholder. [Redaksi]

‘FooterBanner’

Comment