Coretan Redaksi: Kotak Hitam Politik

Ilustrasi wayang orang

Smartcitymakassar.com – DALAM setiap kecelakaan pesawat terbang, hal yang ramai dibicarakan dan menjadi salah satu bukti petunjuk bagaimana proses terjadinya insiden tersebut adalah keberadaan kotak hitam atau biasa disebut ‘black box’.

Mengapa ‘black box‘ ini penting dan sangat dicari, karena di sanalah rekaman percakapan terakhir sang pilot maupun co-pilot berlangsung dalam detik-detik terakhir sebelum terjadi kecelakaan. Dalam kotak hitam ini pun tersimpan petunjuk kerusakan mesin apa yang dialami pesawat tersebut.

Dalam ruang politik, khususnya politik Indonesia, seharusnya ada pula ‘black box’ yang dalam rentang waktu tertentu bisa dibuka kepada publik agar sebuah peristiwa bisa dijelaskankan secara jernih.

Di Amerika Serikat misalnya, sebuah dokumen rahasia akan dibuka untuk publik setelah melewati waktu tertentu. Namun di Indonesia, agaknya, hal tersebut masih menjadi sebuah hal yang tabu.

BACA JUGA  Coretan Redaksi: Rekonstruksi Tujuan Organisasi

Undang-undang kebebasan publik untuk memperoleh informasi masih belum tegak benar. Sehingga banyak peristiwa, utamanya yang terkait dengan pelanggaran HAM masih menjadi misteri hingga kini.

Apa boleh buat, politik dalam arti sebenarnya di Indonesia, senantiasa berlangsung di ruang-ruang tertutup. Seperti layar pada pertunjukan wayang, publik hanya disuguhkan bayangan yang otomatis membawa sejuta tafsir. Publik hanya disuguhkan sebuah ‘panggung’ dan di sanalah para elit politik Indonesia ‘bermain sandiwara’.

Namun di balik panggung pertunjukan itu, publik hanya bisa mendengar rumor, gosip dan informasi buram yang telah dikemas sehingga mengaburkan fakta sebenarnya.

Dalam kondisi semacam ini, kita bisa menyimpulkan, politik Indonesia memang bukan untuk konsumsi publik. Dia hanya milik para elit politik dengan segala pernak-pernik kerahasiaanya.

Ironisnya, di atas ‘panggung pertunjukan’, di berbagai media massa dan pertemuan publik, para politisi sibuk ‘menjual’ rakyat. Menjadikan kemaslahatan rakyat sebagai hapalan di luar kepala dan terus didengungkan hingga pojok-pojok paling privat individu.

BACA JUGA  Coretan Redaksi: Rekonstruksi Tujuan Organisasi

Politik Indonesia memang banyak menyimpan ironi dan senantiasa hanya mampu ditangkap melalui rumor dan bisik-bisik yang tak jelas sumbernya.

Dalam kondisi banjir informasi di era revolusi teknologi seperti ini, politik Indonesia justru menimbulkan anomali. Bukannya makin membuka alam kedewasaan literasi politik warga, namun justru semakin membajirnya fenomena hoaks, fake news dan analisa yang yang tak jelas juntrungannya. Inilah akibat langsung dari tidak mampunya masyarakat sipil memaksa elit politik membuka black box politiknya. [Redaksi]

‘FooterBanner’

Comment