
Smartcitymakassar.com – Makassar – Kesadaran dan keterlibatan kaum muda untuk aktif dalam penanganan dan pengendalian krisis iklim semakin mendesak. Perspektif dan kontribusi mereka perlu hadir dalam berbagai diskusi dan perumusan kebijakan, termasuk pada agenda antarpemerintah G20 yang tahun ini Indonesia memegang presidensinya.
Konsultan Yayaysan Alam Sehat Lestari Alvi Muldani menegaskan hal tersebut agar kaum muda lebih peduli terhadap fenomena krisis iklim yang sudah demikian mencemaskan.
Alvi menandaskan, anak muda dapat berkontribusi dan terlibat pada pemberdayaan masyarakat untuk menjaga hutan.
“Ada dua cara untuk memerangi climate change yaitu mengurangi produksi karbondioksida atau menambah penyerapannya. ASRI dalam kegiatan reforestasi, mengajak para mahasiswa untuk terjun langsung ke masyarakat dan terlibat dalam kegiatan kehutanan dengan menanam pohon,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima redaksi, Rabu (21/9).
Alvi menyatakan, target global adalah mempertahankan kenaikan suhu tidak lebih dari 1,50 . Ini merupakan target bersama, sehingga kita semua harus terlibat dalam menjaga hutan.
“Jika iklim sudah berubah, maka tidak bisa dikembalikan lagi,” imbuhnya.
Di sisi pemanfaatkan sumber daya alam, pemahaman bisnis berkelanjutan perlu dipahami oleh anak muda. Partner Equatora Capital/Supernova Ecosystem Inez Stefanie menegaskan bahwa Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan lensa dan kerangka kerja yang seyogyanya digunakan pelaku bisnis dalam mengembangkan bisnisnya.
Sebagai informasi, SDGs adalah rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, untuk mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan melindungi lingkungan, berisi 17 tujuan dan 169 target yang harus dicapai pada 2030.
Lantas bagaimana anak muda bisa melakukan bisnis yang berkelanjutan?
Dia menyebutkan pemikiran John Elkington, salah satu pelopor gerakan keberlanjutan global, di mana dia memperkenalkan konsep Green Swans atau Angsa Hijau yang menekankan perubahan paradigma bahwa bisnis tidak semata untuk cuan.
Dalam berbisnis, misalnya, tidak boleh merampas sumber daya dan masa depan masyarakat untuk kepentingan hari ini saja. Aspek pekerja pun harus diperhatikan, seperti upah yang adil, hingga memberikan peluang bagi pekerja untuk mengasah keterampilan.
“Sekecil apa pun kontribusi yang kita harapkan, sebenarnya kita merupakan bagian dari picture yang lebih besar, atau karena kita hidup di bumi kita ini,” pungkasnya. [rj]
Comment